Sabtu, 05 Juli 2014

Puncak Kegalauan Monokrom

Hari ini waktu browsing-browsing gambar,gue nemu gambar bagus tentang Yin dan YangYin dan Yang merupakan konsep dalam kehidupan tentang keseimbangan. Yin dan Yang menjelaskan bahwa dalam kehidupan dibutuhkan 2 hal yang saling berlawanan namun tercipta selalu bersamaan, untuk membentuk sebuah keselarasan kehidupan. Yin dan Yang menggambarkan bahwa memang hal di dunia ini diciptakan berpasang-pasangan untuk saling melengkapi satu sama lain, sehingga jika salah satu hilang maka akan membuat keselarasan memudar (diambil dari beberapa referensi yang akhirnya gue tuliskan sesuai penyempurnaan versi gue). Nah, ngomong-ngomong tentang Yin dan Yang, pasti nggak lepas tentang monokrom kehidupan kan. Akhirnya, cerita berlanjut.
Maaf ini sebelumnya, bukan bermaksud rasis, sara atau apa nih. Gue sendiri juga hitem kok, jadi no war ya, ini sekedar opini gue yang lo boleh mengkritik.
Pagi tadi di jalan ketemu cewek. Cantik sih, tapi sayangnya dia agakiteman. Gue berpikir mungkin kalo dia putih, pasti bakalan jadi cewek yang nggak kalah cantik dibanding Pevita Pearce. Tapi, kenapa dia  nggak diciptain putih? Paertanyaan pertama gue catet. Siangnya, adek keponakan gue main kerumah. Namanya Jihan, kira-kira umur 4 tahunan lah. Kalo lihat dia gue kadang miris juga sih, gara-gara dia kadang sering digurau-in sama ortunya sendiri kaya gini nih, “Jihan hitem ya…”. Dan di saat yang bersamaan, kalo denger kata-kata itu, gue jadi ngerasa “Kenapa orang ini nggak bersyukur, meskipun dia agak iteman, tapi seenggaknya dia lucu, cantik, dan sempurna?”. Apa ortunya ngerasa malu kalo kulitnya item? Tapi, mungkin aja si adek ini waktu udah ABG nanti ngerasa minder. Karena dari hasil pengamatan gue, banyak banget temen-temen cewek gue yang kulitnya tercipta “gelap”, waktu prom kemarin pake dempul abis-abisan buat bikin mereka tampak cerah. Bedaknya tebbeell banget. Selain itu, juga banyak yang selalu pake Camera 360 buat bikin kulit mereka lebih putih, mulus, dan biar membuat mata terpukau. Artis-artis juga beberapa melakukan operasi, gimana caranya biar kulit mereka jadi putih tanpa peduli result waktu mereka tua nanti (ada pengecualian buat beberapa artis kaya Agnez Mo yang bikin kulitnya lebih gelap, karena gelapnya Agnez Mo itu nggak bisa dibilang item, atau karena alasan biar kulitnya nggak keliatan bercak merah).
Kenapa begini? Dan, gue juga pernah baca berita tentang rasisme di eropa. Bagi bangsa kulit gelap, selalu dianggap rendah. Atau kata-kata item dijadiin ledekan buat seseorang. Juga sulit bagi kebanyakan manusia berkulit gelap membuktikan eksistensi mereka di dunia. Gue nggak tau kenapa, tapi yang jelas emang mayoritas para pembesar dari masa lalu dan masa kini yang kita ketahui berkulit putih. Kasus kekerasan yang terjadi hanya karena kulit mereka gelap juga bikin gue kesel. Lalu apa tujuan manusia diciptakan putih dan hitam, jika mereka sendiri kebanyakan ingin menjadi putih?
Emang nggak semua orang pengen jadi putih, termasuk kalian yang baca. Tapi gue nggak mau munafik untuk memungkiri, emang kulit yang putih selalu lebih menarik ketimbang hitem kan? Contohnya, nggak perlu jauh jauh. Keluarga gue aja, sering banget bilang kalo hitem itu nggak masalah karena emang nggak ada beda antara kulit item sama putih. Tapi mereka sering juga bilang kalo orang yang ganteng atau cantik itu selalu yang berkulit putih, nggak pernah sekalipun mereka seneng sama yang kulitnya iteman.
(Gue bingung mencari penjelasan, penjelasan yang nggak akan pernah bisa dijelaskan manusia. Karena ada beberapa hal yang menjelaskan-nya diperlukan lebih dari kata-kata yang ada didunia ini. Karena kata-kata manusia emang sangat terbatas. Karena itu, gue jadi galau mikirin ini. Nggak penting sih emang menurut kalian, tapi seenggaknya ini penting menurut gue. Karena gue seneng mempelajari hal yang lebih dari sekedar eksak, ilmu kehidupan.)
Kenapa nggak dari awal, manusia diciptakan berkulit putih. Nabi Adam berkulit putih sama Siti Hawa berkulit putih, keturunannya semua berkulit putih. Kan enak, nggak bakalan terjadi yang aneh-aneh. Camera 360 juga nggak perlu bikin efek yang bikin kulit pucet. Kalo aja gue putih, kan semua jadi mikir gitu yang kulitnya item. Waktu semir rambut nggak bakalan dibilang norak  atau ndeso. Meski rambutnya warna-warni kaya permen lolipop. Foto gaya apapun juga gak bakalan dibilang alay. Karena emang enak diliat, iya kan? Ngaku deh. Pake baju warna apapun, nggak bakalan keliatan kontras. Manusia udah diciptain bersama masalah hidup yang banyak, kenapa nggak diilangin salah satu masalahnya biar jadi lebih enak? Ngomong-ngomong jadi orang item itu banyak salahnya. Pake hal yang nggak terlalu pantes dibilang alay, norak, nggilani. Tingkah aneh-aneh didepan kamera dengan ekpresi yang lucu atau ga jelas bikin ngakak orang sampe puas. Apa ini tujuan orang item diciptakan? Cuma sebagai bagian dari dunia yang disisihkan. Tapi bukan menurut gue. Entah apa jawabannya, gue nggak ngerti. Gue sendiri seneng banget sama cewek yang kulitnya putih, itulah yang bikin gue bingung. Artis idola gue semua berkulit putih, entah kebetulan atau memang sengaja diciptakan memiliki pandangan seperti itu. Tapi yang jelas, mungkin dunia nggak akan se warna-warni ini kalo beberapa diciptakan hanya sisi putihnya aja. Nggak akan ada hal yang keliatan mustahil,  sehingga nggak ada yang mampu menembus kemustahilan. Semua bakal jadi biasa-biasa aja. Nggak menantang dan nggak seru. Tapi yang jadi pertanyaannya lagi adalah, bagaimana yang jadi bagian sisi hitam? Menjalani takdir untuk menjadi tidak diatas. Tapi yang jelas, semua itulah yang disebut kesempurnaan. Karena, terlalu sempurna permasalahan tersebut hingga tak mampu terjawab.
Mungkin kegalauan gue ini baru bisa diatasi akhirnya, gara-gara waktu ngetik ini. Gue dapet wangsit yang intinya gini, “Ketika lo yakin lo bakal diatas, lo bakal diatas. Itu pasti. Jika lo nggak memiliki keyakinan, lo bakal berjalan secara acak. Kalo lo yakin dibawah, maka dibawahlah lo. Tuhan nggaklah cukup kejam terhadap manusia yang udah berusaha dan bermimpi.­ Tuhan bakal selalu mengerti lo. Hal yang hitam bisa jadi putih, dan hal yang putih bisa jadi hitam. Semua itu bergantung pada kita, pelakunya.” Sekian, salam. Gitulah, yang gue dapetin barusan.
Emang aneh ya, kadang gue tanya sendiri, kadang gue dapet jawabannya sendiri. Nggak selalu gue bisa jawab pertanyaan itu sendiri, kadang juga gue harus begini. Bertanya dalam kehidupan. Tapi yang jelas gue itu punya kelainan psikis, yaitu bipolar apatrideyang gejalanya udah jelasDan diindikasi penyakit bipolar gue itu akibat penyakit lain dalam diri gue, yaitu ADHD. Bagi yang nggak tau apa itu ADHD, lo bisa browsing di internet. Ini udah malem banget, hitam. Bentar lagi menjelang putih. Ya, pagi. Monokrom kehidupan, ya begitulah. Gue yakin monokrom kegalauan itu ada, pasti ada. Mungkin suatu saat gue bakalan nulis tentang monokrom kegalauan, karena kalo lo mau nyari sesuatu hal yang nggak akan ada hentinya buat dibahas, ya monokrom itulah. Monokrom ya, salam monokrom.

Diatas Mimpi Yang Mengambang

Barusan aja pulang dari ngisi acara “Live Accoustic” di Kedai Susu, malem ini gue jadi ngerasa agak capek. Dan, malem-malem gini emang paling nikmat kalo minum susu, soalnya persiapan mau tidur. Tapi iya loh, beneran. Minum susu sebelum tidur bisa membuat tidur jadi lebih rileks dan nyenyak, karena susu memiliki suplai nutrisi yang mudah dicerna dan cukup untuk membuat otak menghasilkan senyawa kimia yang bisa menenangkan syaraf dan mampu membawa otak pada frekuensi gelombang delta. Salah satu dari hormon itu adalah serotonin, yang bisa menghilangkan stress, dan waktu tidur bisa mempermudah otak menyeleksi memori mana yang perlu disimpan. Hingga kelak, jika dibutuhkan, informasi itu bisa dengan mudah dibuka ulang. Dan yang jelas bisa membuat mimpi kita jadi lebih indah, dan kita nggak akan menemui mimpi buruk.
Ngomong-ngomong tentang mimpi, ada beberapa hal yang ganjil kalo ngomongin tentang mimpi. Mimpi itu ada dua, mimpi yang disengaja sama mimpi yang nggak disengaja (versi gue). Mimpi yang nggak disengaja itu, kaya yang biasa kita alami waktu tidur siang, malem, ataupun waktu ketiduran. Mimpi yang nggak disengaja itu selalu mengacak apa yang bakalan dialami kita di alam mimpi, karena memang itu diluar kendali kita. Jadi kejadiannya ya pasti bakalan aneh-aneh kaya  diuber kebo, jatoh dari atap rumah kek, ketemu setan, atau balikan sama mantan (juga termasuk mimpi basah bagi yang cowok, aneh kan, pasti nggak nyangka bisa mimpi begituan), dan seringkali kita lupa apa yang barusan kita mimpiin waktu kita udah terbangun. Mimpi yang ini seringkali cuma sekedar menjelaskan bagaimana keadaan psikologi otak kita saat itu (bahkan otak aja punya jiwa). Dan bersifat pasif pada kelangsungan hidup kita setelah bangun. Ya begitulah sekilas tentang mimpi yang nggak disengaja.
Kalo mimpi yang disengaja, itu mimpi yang memiliki andil dalam menentukan siapa kita, prinsip kita, pandangan hidup kita, jati diri kita, dan bagaimana kehidupan kita kelak. Mimpi jenis ini semacam memiliki jiwa bro, dia hidup didalam pikiran dan hati manusia secara bersamaan dan nggak bisa dilupain begitu aja. Mimpi yang ini bersifat aktif dalam kelangsungan hidup seorang manusia. Karena mimpi yang inilah, banyak manusia sukses memenangkan jiwanya. Tapi masalahnya, lo punya mimpi nggak? Kalo gue sih, ada.
Waktu gue kecil, kira-kira umur 4-7 tahunan lah, gue bermimpi suatu hari nanti gue bisa jadi seorang polisi. Karena menurut gue saat itu, bajunya keren. Dan berharap banget suatu saat bisa nembak orang jahat kaya di film-film Amerika, tentang polisi yang jadi intelegen terus tembak-tembakan sama teroris dan berakhir dramatis, karena tokoh utama pasti selalu menang (korban film nih). Tapi semenjak kenal Lativi yang notabene TV One sebelum upgrade, gue jadi pengen menjadi seorang peneliti (soalnya dulu ada Geographic Channel-nya, tapi semenjak ada masalah dan mau berganti jadi TV One jadi ga ada).Dan keinginan gue terus berlanjut, dan dari situlah gue mulai doyan banget baca buku-buku SAINS dan melakukan beberapa riset sederhana (ala gue sendiri pastinya).
Terus, waktu masuk SMP. Gue ketemu temen yang punya imajinasi nyaris sama kaya gue, namanya Bayu. Dia seorang penggemar film superhero dan science fiction, sama kaya gue. Dan pengetahuannya tentang superhero jauh melebihi gue. Kenapa gue katain imajinasinya nyaris sama kaya gue? Itu nggak lain, karena dia juga sering berkhayal tentang superhero bikinannya sendiri. Kita sama-sama punya keinginan yang sama, yaitu bikin cerita tentang superhero. Dan akhirnya gue mengurungkan niat jadi ilmuwan dan beralih menjadi seorang pembuat film dan direktur perusahaan film superhero. Kaya om Stan Lee, managernya Marvel. Trademark gue, gue kasih nama Master Corp., sedangkan bayu kasih nama Trademarknya Kaizer. Ya beda-beda tipis sih etimologi namanya. Dan cerita perdana gue yaitu,“The Seven Power Sky”, yang bercerita tentang superhero dari galaksi lain yang pergi ke Bumi. Dan gue anggap, tokoh-tokohnya itu gue dan saudara-saudara gue sendiri (sebagai tokoh utama, gue cari kekuatan yang paling bagus dong pastinya). Dan cerita perdana Bayu, judulnya“Natural Second”, (harusnya sih Second Natural atau Second World lebih tepatnya, tapi dia ngeyel banget sama judulnya itu, katanya sih lebih menjual). Film itu sih sebenernya konsepnya nggak jauh beda sama film “Heroes”, dimana ada banyak superhero dalam satu film dan dibikin serial. Kalo gue kan konsepnya movie, jadi cerita dia jauh lebih panjang ketimbang cerita gue. Dan dari kebiasaan kita ini, 2 sahabat kita yang lain mulai ikut-ikutan bikin superhero (walaupun nggak jelas dan nggak sekeren kita sih). Yang satu namanya Sultan, dia bikin Trademark yang namanya Random a.k.a. Guardian. Superheronya sih plesetan dari superhero-nya Bayu sama gue. Ceritanya juga konyol, dan kadang masukin tokoh kebanggaan gue sama Bayu buat jadi musuhnya, bener-bener nyari ribut ini orang. Sobat gue yang satu lagi namanya Danas, dia bikin Trademark yang namanya The Dans Company. Cerita superhero-nya  tentang 4 ksatria samurai yang memiliki kekuatan super, judulnya “Samurai Men”. Cerita ini sebenernya banak diadaptasi dari anime-anime kesukaan dia, beberapa diantaranya Bleach, Law of Ueki, dan Naruto (kelihatnnya sih, soalnya dia nggak terlalu pengen ngaku). Jadi nggak sepenuhnya imajinasi dia sendiri. Tapi, menurut gue ceritanya keren, soalnya cerita itu terinspirasi persahabatan kita berempat (katanya).  
Beberapa bulan berlalu, dan nyaris 2 tahun kita udah sering ngobrol tentang superhero. Akhirnya kita mulai bosen, dan nyadar. Kalo imajinasi kita itu terlalu tinggi, bahkan terlalu kekanak-kanakan. Jadi akhirnya satu-persatu dari kita mulai meninggalkan dunia imaginasi kita yang lama.
Waktu pertengahan naik kelas 3, gue jadi seneng sama musik. Karena, temen sekelas gue sering bawa gitar waktu sekolah dan dimainin waktu istirahat atau kalo pelajaran kosong. Kelihatan seru sih, bisa seneng-seneng tanpa perlu keluar kelas. Dan yang pasti, kelihatan lebih keren. Akhirnya gue belajar main gitar sama temen gue yang namanya Adam. Meskipun pinter main gitar, tapi dia nggak sombong buat mau nularin ilmunya main gitar ke gue. Soalnya yang lain nggak ada yang mau ngajarin, dan selalu ada aja alasan kalo aku minta tolong. Si Adam ini orangnya telaten banget, walau kadang ngajarinnya agak ngawur. Setelah itu, gue bilang ke ibu buat minta gitar. Tapi, karena ortu belum ada uang, alhasil gue bikin kotakan yang dikasih karet buat ngelatih jari-jari gue menghafal chord gitar. Hingga kira-kira 3 atau 4 bulan kemudian, baru dibeliin gitar. Akhirnya, gue punya mimpi baru. Jadi anak band. Bermodal vokal yang benar-benar dibawah KKM dan skill gitar yang masih dibawah amatir, gue bikin band dengan 3 personil dimana gue sebagai vocal dan lead gitarnya. Nama band gue waktu itu, Avalizer, diambil dari nama salah satu karakter villain di cerita superhero gue. Dan akhirnya bergabunglah temen gue yang namanya Fajar sebagai keyboardis, dan band kita jadi 4 orang. Namun karena dari segi keuangan personil gue yang notabene nggak terlalu punya, kita jadi jarang banget latihan, dan bubar beberapa bulan kemudian. Dan, gue juga sempet gabung sama beberapa band, dan juga sempet bikin band. Ya, kualitasnya lumayan lah, udah kelas festival walau belum pernah menang festival karena suara gue yang, minim.
Nah, inilah yang gue katain ganjil di awal tadi. Sebuah mimpi layaknya bisa diperjuangkan, dan nggak bersifat sepihak (maksudnya Cuma besar angan, tanpa ada usaha yang seimbang). Dan, gue bingung karena… Pertama lo tau sendiri lah, gimana keadaan musisi tanah air kita, mereka benar-benar terpuruk. Musik mereka dibajak dan benar benar tak bernyawa dalam dunia penjualan CD. Bisnis RBT aja mereka udah nggak bertaring. Download musik dimana-mana. Dan itulah yang membuat mereka, seperti sekarat ditengah gempuran musik luar negeri yang semakin menjajah bangsa ini. Kasihan banget, ibarat kucing nih mereka lagi terlantar di rumah mereka sendiri. Karena tuan rumah lebih menyukai kucing tetangga. Tapi emang nggak bisa dipungkiri sih, banyak musik-musik di negeri ini yang nggak memiliki makna dan sekedar asal ceplos. Yang lirik-liriknya itu nggak bisa ngena dan artinya bener-bener dangkal. Dan mirisnya lagu-lagu jenis ini yang banyak diproduksi saat ini. Yah, semakin membuat tuan rumah sayang sama kucing tetangga kan? Hal itulah yang bikin gue nggak yakin masuk dunia permusikan karena resikonya terlalu besar, sangat besar dengan hasil yang kelihatannya tak seberapa. Tapi disisi lain kalo jadi musisi dan udah terkenal, bisa 2 atau 3 album booming kan enak. Semacam udah ngerti langkah hidup. Dan yang jelas banyak hal yang bisa dilakukan oleh seorang artis, yaitu punya pacar yang cantik, ketemu para maestro, punya banyak channel, punya uang banyak, dan bisa ketemu artis idola kapanpun. Dan yang lebih utama, hidup dan menjalani profesi seperti panggilan jiwa itu sangat menyenangkan melebihi apapun di dunia ini.
Alasan kedua kenapa gue bingung tentang mimpi gue ini, karena masuk lalu bisa menancapkan jangkar di dunia permusikan dan hiburan tanah air itu susah banget. Banyak banget grup band atupun penyanyi yang udah rekaman dan bikin lagu di Indonesia ini. Banyak banget yang skill mereka udah bisa dibilang bertaraf Internasional, seperti suara yang bagus, lagu yang bagus, dan memainkan alat musik dengan kehebatannya. Tapi nggak banyak dari mereka yang berhasil mendaratkan kapalnya di industri hiburan, banyak yang baru sampai dan terkenal namun akhirnya tenggelam dalam sekejap, banyak yang stuck diposisi mereka. Padahal karya mereka luar biasa. Mereka yang bagus aja nggak bisa, apalagi gue yang masih belajar. Apalagi  gue tinggal di kota yang jauh dari sorotan media, jelas bakalan sulit meniti tangga. Apalagi ditengah carut-marutnya masalah industri musik saat ini. Apa gue yakin? Memilih mimpi ini? Tapi emang banyak banget mimpi-mimpi gue yang terhubung sama mimpi gue yang satu ini. Istilahnya Gateway to the Dreams lah… Nah pertanyaan-pertanyaan tu selalu muncul di benak gue. Tiap kali gue sering bingung mikir, kenapa ya…
Dan itulah, yang gue sebut kegalauan tentang mimpi yang tak juga berujung hingga sekarang gue tulis naskah ini. Gue sebenernya daftar IPDN itu juga bingung. Tapi mau gimana lagi, jika emang ini yang harus gue hadepin, gue hadepin. Gue nggak pernah takut gagal ataupun jatuh. Karena prinsip hidup gue, “sekali melangkah, kutinggalkan ribuan dibelakangku, kuhadapi apapun rintangan meski kehancuran mengancamku”. Tuh kan bingung lagi, tapi seenggaknya dengan menjalani. Kita jadi tau pasti berkat pengalaman yang kita dapet. Jadi siapapun lo, beranilah bermimpi. Gue juga bakalan terus mengejar dan berusaha mencapai impian gue, apapun keadaannya. Tapi, lo juga harus butuh motivasi. Motivasi itulah yang membuat lo semakin kuat meraih apa yang lo impikan. Hidup!!!

Dari Pikiran Ke Maslah Lain Ke Roma

Gimana perasaan lo saat lo pengen kuliah, tapi nggak bisa kuliah karena ada satu alasan yang kuat yang menghalangi? Pasti sedih, dan itulah yang gue rasain saat ini. Yah, kegelisahan itulah yang selalu menyelimuti perasaan gue tiap harinya, tiap pagi, siang, malam dan balik ke pagi lagi. Sebenernya masalahnya ada dua sih, Internal dan Eksternal (macam harddisk gitu lah). Pertama masalah Eksternal yang biasa dihadapi oleh sebagian besar umat manusia, ya bener, masalah dana. Dari segi pendanaan, kalo gue ikut SBM atau MANDIRI jelas yang nggak kuat ortu. Soalnya gue kan kepinginnya kuliah di Jogja. Jadi harus ada biaya transport tambahan, juga yang pasti bayar SPP, Uang Gedung, kos, makan, dan banyak lainnya. Udah jelas bakalan jadi beban berat yang harus dipikul ayah dan ibu gua. Dan itupun masih tanpa resiko, ya kalo gue bisa pinter dan nggak kena arus pergaulan bebas, ya kalo gue bisa lulus kuliah tepat waktu, ya kalo langsung dapet kerja, kita nggak ngerti cobaannya bakal gimana. Liat ayah dan ibu kerja keras, bikin gue semakin trenyuh. Udah kerja keras, menghidupi 2 rumah, capek lahir batin karena harus berjauhan dan yang jelas selalu ada aja pengeluaran nggak diduga, itu pasti dalam prinsip ekonomi yang gue pelajari waktu kelas 2 SMA. Dari dasar permasalahan itu akhirnya timbul permasalahan Internal, permasalahan dari dalam hati.
Jujur, sebenernya gue ini orangnya Liberalis banget, kadang terkesan egois. Sukanya seneng sendiri, menang sendiri, bener sendiri, dan selalu menginginkan hal hal yang berbau kebebasan yang nyaris mutlak (karena kebebasan mutlak itu nggak pernah ada). Jadi ada pergolakan batin antara mengejar mimpi dan menghadapi kenyataan. Dan rencananya gue pengen daftar IPDN, sekolah kedinasan. Ada beberapa aspek yang membuat gue kurang setuju dalam hal-hal yang berbau kedinasan sebenernya. Karena kedinasan itu selalu mengikuti prosedur-prosedur yang rumit bahkan selalu terlihat over-disiplin. Padahal yang menaungi kedinasan aja orangnya acak-acakan, ngawur gitu, nggak ada disiplin-dispilinnya. Sebut saja wakil rakyat dan pejabat besar. Yang kerjaannya selalu melihat uang setiap ada kegiatan. Dan hanya bisa baik pada saat maunya aja. Itu deh yang bikin gue agak nggak sreg. Tapi disisi lain, di kedinasan itu prospeknya udah pasti dan pastinya lebih memusatkan konsentrasinya pada bidang keahliannya masing-masing. Dan yang lebih menarik menurut gue yaitu, di beberapa sekolah kedianasan bisa dapet uang saku per bulannya (termasuk IPDN). Seenggaknya itu yang selalu gue pikirin kalo lihat keadaan orang tua gue. Dan di lain sisi gue yang selalu sering kena penyakit KanKer alias Kantong Kering, juga butuh banget bisa punya penghasilan sendiri.
Tapi, ngomong-ngomong kok gue sok pinter banget ya? Sory loh, sebenernya gue ini anaknya pas pasan banget. Pinter juga nggak, keren apalagi, cool? Nggak mungkin. Cukup sekedar tau aja, nilai UN gue kemaren yang terjelek ada di pelajaran matematika. Gue Cuma dapet nilai 5,00. Tapi gue sebenernya harus bangga karena nilai murni tanpa beli kunci jawaban. Masalahnya, ketika ditanya orang, nggak mungkin kan lo membanggakan hal yang nggak bisa dibuktikan. Itulah yang bikin gue kecewa. Andai kejujuran itu bisa didapetin penghargaannya di dunia, andai…
Dengan rata-rata nilai UN gue 7, gue ancur banget kalo nilai UN jadi bahan perbincangan. Apalagi, dimana nyaris seluruh sektor pekerjaan selalu memperhatikan berapa nilai UN Matematika seorang pendaftar tersebut untuk mengetahui secara kasar kemampuan analisis logikanya. Menjadi harga mati gue yang nggak bisa dipungkiri, bahwa gue sebenernya emang nggak terlalu bisa soal itung-itungan. Masalah matematika dan pelajaran SAINS lainnya gue bener-bener sulit mengerti (semenjak gue ingin menjadi filsuf). Apa ini yang dinamakan kutukan semesta? (mulai nglantur deh). Tapi iya, emang bener. Matematika gue ancur, disusul Ekonomi, lalu Geografi, diatasnya ada Sosiologi yang juga hancur dan untungnya bisa diatasi oleh Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia. Sebenernya nilai UN ini nggak masuk akal, gue nggak terlalu baik di bidang sastra, malah yang dapet bagus pada bidang Bahasa. Yang gue andalin itu malah Geografi, tapi nggak seperti yang diharapkan. Banyak soal yang jawabannya subjektif dan sulit dimengerti. Tapi sempet mikir juga, kalo ini udah standar Internasional, betapa jauhnya gue dari mimpi gue menjadi seorang yang bisa banggain Indonesia (2014 UN udah standar Internasional dibawah organisasi pendidikan internasional PISA).Mau banggain gimana kalo kemampuan aja standar? Matematika aja klepek-klepek tak berdaya.
Oke lanjut, singkat cerita gue jadi rajin olah raga buat persiapin tes IPDN bulan depan, juga persiapin materi apa aja yang perlu dipelajari. Sebenernya udah ada beberapa plan jika gagal. Tapi yang jelas semua harus dipersiapin sejak dini. Dan apapun keputusan gue, hasilnya, dan langkah yang mungkin akan datang semua masih tanda tanya. Yang jelas harus tetep cari lowongan, karena kalo ngganggur dirumah itu nggak enak. Ya di gue nya sendiri sama nggak enak diliat tetangga.
Dan ada galau lagi yang bikin akut, galau tentang impian gue. Dan, keliatannya jauh lebih panjang masa laper gue kalo gue tetep lanjutin. Jadi ending gue makan dulu deh, sambil keluar cari angin. Cari inspirasi buat menulis, sambil nata hati, nata pikiran juga.

Jumat, 20 Juni 2014

Dilema Pagi Yang Rumit

Sebut saja gue arra, (tapi jangan mikir kalo gue dedemit atau pelaku tindak kriminal ya). Setelah pengumuman kelulusan dan penerimaan SNMPTN beberapa minggu yang lalu, karena nggak ketrima SNMPTN setiap pagi jadi serasa tak berjiwa. Lebih-lebih kalo nggak ada temen yang ngajak maen atau nggak ada kegiatan kumpul bareng komunitas. Jadwalnya dari pagi ke pagi sama terus, bantu-bantu. Banyak banget yang harus dikerjain, dan selalu ada aja (ibarat main game, kehidupan gue ini kaya survival mode).
Ya maklumlah, gue emang bukan dari kalangan menengah keatas. Rumah yang gue tinggalin sekarang aja juga bukan rumah ortu , tapi rumah nenek (karena rumah ortu sebenernya ada di kota sebelah, berhubung belum sepenuhnya selesai jadi tetep tinggal disini). Gue udah tinggal disini semenjak lahir. Nah sekarang gue tinggal serumah sama ibu, adek, paklik, sama nenek. Ini ada beberapa profil tentang keluarga gue.
Ayah kerja di Malaysia yang pulangnya beberapa tahun sekali (nggak pasti, tau sendiri deh kan kerjaan disana pasang surut). Beliau kerja di proyek bangunan disana, dan seringkali proyek yang dikerjakan ada di daerah pelosok.
Ibu bekerja di salon. Udah sekitar 3 tahun beliau jadi trainer dan hair stylish dibawah naungan salon yang cukup dikenal di kota ini. (beliau sebenernya lulusan stm jurusan listrik, jadi nggak nyambung sih sebenernya sama teknik memperindah rambut gitu).
Adek gue cewek, umurnya 12 tahun. Dia cantik, pinter sih tapi ceroboh, dan saat ini dia baru lulus SD dan lagi mempersiapkan diri untuk jenjang selanjutnya.
Paklik gue, seorang polisi yang galak, sotoy, rada alay, dan ngeselin (kalo ini bukan katanya lagi, emang kelewat dah ni orang). Tapi overall beliau juga baik kok. Beliau tinggal disini karena masih ada masalah sama keluarganya.
Nenek, beliau merupakan orang paling jago masak di kampung (katanya sih gitu). Bahkan di keluarga dan sanak sodara jauh juga masih selalu mengandalkan masakan nenek kalo ada hajatan. Dan menjadi orang yang nomer 1 paling dicari kalo ada acara keluarga. Tapi ada satu kekurangan nenek, dan ini yang paling parah. Beliau kalo masak nasi goreng, minyaknya selalu kebanyakan. Jadi nasi gorengnya selalu bikin tenggorokan terasa berminyak akut kalo abis makan nasi gorengnya. Dan pernah suatu ketika, gue nggak sengaja menemukan nasi goreng 1 setengah hari yang lalu yang masih didalam wajan, dan masih agak banyak. Biasanya nasi goreng kalo udah dibiarin dalam waktu segitu bakalan berubah rasa kan? Tapi aneh bin wallahualam-nya, nasi goreng nenek gue ini rasanya masih sama dan nggak ada yang berubah (mungkin bagian atasnya yang udah agak kering, tapi yang dalem tetep sama).Ini membuktikan kalo nasi goreng nenek gue memiliki bahan pengawet, yaitu minyak goreng dalam takaran yang banyak. Waduh parah kan? (mungkin bisa jadi penemuan ini dapet hadiah nobel, karena mengawetkan sesuatu dengan media baru, mungkin mengawetkan hubungan juga bisa, coba aja deh siapa tau berhasil). 
Tapi mungkin aja penemuan gue ini udah pernah ditemuin sebelumnya, seperti yang udah udah. Saat gue masih kecil, gue sering banget melakukan penelitian dan percobaan buat bisa nemuin hal baru dan berharap bisa jadi ilmuwan. Gue seneng banget sama SAINS, penggemar Albert Einstein, Iscaac Newton, Galileo, dan lain sebagainya.Gue sering mencoba mencari rumus rumus baru, mencari inovasi baru, mencari teori. Tapi ya seperti biasa juga, penemuan gue selalu lebih rumit dan nggak sesimpel yang udah ditemukan ilmuwan terdahulu. Kaya teori percepatan manusia yang gue buat, ternyata udah ada rumusnya dan lebih simpel. Juga teori rotasi bumi, malahan teori gue yang salah. Karena gue masukin awan sebagai elemen yang memengaruhi kecepatan rotasi bumi (teori konyol itu gue temuin waktu masih kelas 6 SD). Dan yang terakhir, teori tentang kecepatan objek sampai ke otak. Mulai dari bayangannya diterima oleh retina hingga diterima impuls otak. Tapi teori gue ini nggak bisa selesai karena kekurangan sumber referensi dan teori pendukung. Dan saat browsing di internet (masih pertama kali kenal internet) gue menemukan bahwa udah ada penjelasan tentang kecepatan objek sampek di otak itu berapa. Dan mulai saat itu, gue memutuskan untuk tidak ingin lagi menjadi seorang saintis. Gue ingin menjadi filsuf, (gara gara suka baca baca tentang sejarah, gue jadi nemuin socrates, aristoteles, abu nawas dsb. Eh, tapi abu nawas itu filsuf bukan sih?). Menurut gue, filsuf bisa memahami arti kehidupan. Karena itulah waktu SMA gue pilih jurusan IPS. Untuk sementara, gitu, ?
Catatan pertama:
Belakangan, aku ter-vonis menderita penyakit ADD dan ADHD akut secara bersamaan. Dan setelah dilakukan penelitian, ternyata memang udah lama banget aku mengidap penyakit itu. Akhirnya, kuputuskan untuk membuat beberapa tulisan di blog yang bisa dibilang perdana secara dewasa, dengan harapan suatu saat nanti akan membuatku menjadi sedikit lebih normal dari manusia pada umumnya.